Siang itu, saat pertama kali Naiza
melihatnya. Ia pun bertanya dalam hati, siapa yang telah berlalu dari matanya,
saat itu pun hatinya berdegup aneh, entah apa yang dirasakan ia pun tak
tahu.
" Ra..itu siapa...?"
" Mana....?"
" itu yang barusan lewat..."
" oh itu itu Raka..."
" kenapa emangnya?"
" ah ngga, aku baru lihat
dia."
" masa sih diakan tinggal di sini
juga, masa kamu ga tau za.."
Naiza pun mulai mengingat-ingat
teman-teman kecilnya, tapi ia tetap tak dapat mengingat siapa Raka, dan tak
dapat mengingat kalau dia mempunyai teman bernama Raka.
" Ah ga ada yang namanya Raka
Ra..."
" Kamu ga inget kali..."
" Ia kali ya..."
" Kenapa.. kamu suka...Za..?"
" Iya...eh ya suka masa ga suka,
masa benci sih emang tuh orang salah apa sama Naiza..ngga kan...?"
" Suka juga gak apa-apa
Za..".
" Ye...udah ah yuk solat..!"
***
Dua bulan pun berlalu, Naiza pun tak
bertemu lagi dengan Raka, kadang ia bertanya sendiri dalam batinnya, Kemana
Raka, kenapa ga ketemu, katanya tinggal di sini, katanya orang sini tapi kenapa
ga ketemu-temu ya...
Ia mulai memikirkan Raka, dan selalu
bertanya-tanya dalam hati tentang Raka, namun tak pernah ia ungkapkan. Wajahnya
selalu terbayang dalam benak Naiza, iapun tak menginginkan ini.
Ada apa denganku kenapa terus saja
memikirkan Raka ? Hah Raka ...kenapa...
Malam itu malam yang sama sekali tidak
Naiza duga, ia bertemu dengan Raka...
" Hai...kamu Naiza ya...pa
kabar..."
hhh "
B..b...b..baik..."
" Baru ya...baru les di sini
ya...?"
" Iya..." Ya ampun
ternyata Raka Les di sini juga...aduh gimana dong???
Malam itu malam yang membuat Naiza tak
bisa memejamkan matanya, walaupun rasa ngantuk menyelimuti dirinya. Ia terus
saja memikirkan Raka. Hah...Raka les di situ, Raka...Raka kok tahu namaku
...tahu dari mana ya...setahuku kami gak pernah kenalan, tapi kok dia bisa
tahu...aaaaa binguuuung.
***
Pagi hari... di sekolah.
" Hai..."
ehhh " Hai..." Raka.....Raka
menyapa ku dan senyum padaku ya ammpuuunnn aku ..aku..senang, eh kenapa aku
senang...biasa saja ah...udah ah..jangan ge-er.
" Hai Za..."
" Eh Rara.. Hai juga..."
" Ciyeee di sapa Raka..sang pujaan
hati.."
" IIiiih apaan sih...pagi-pagi
juga.."
" emang kenapa kalau
pagi...?senang dong di sapa Raka.."
" Biasa saja tuh..."
" Biasa kok senyum-senyum, jujur
aja deh kamu suka kan sama Raka..?"
" Kalaupun suka tapi Raka kan
nggak suka sama aku "
" Tuh kan benar..Za suka sama
Raka.."
" Iiiih Rara..."
" Tenang-tenang.. ga bakal di
bocorin kok..."
***
Dua bulan tlah berlalu, hubungan naiza
dan Raka cukup dekat. Mereka mulai mengenal satu sama lain. Naiza pun tahu
bahwa Raka bukanlah asli penduduk situ , tapi ia dari bogor, beda kecamatan
tapi cukup jauh. Dan hanya tinggal sementara di situ untuk sekolah. Raka adalah
putra pertama, dari 5 bersaudara. keadaan ekonomi keluarganya sulit, kurang
mampu. Raka pun bekerja part time untuk biaya hidup keluarganya dan
sekolahnya.
Dalam hati Naiza, ada satu kekaguman
terhadap Raka, kekaguman yang begitu dalam hingga ia tak tahu bahwa kekaguman
itu telah berhubah menjadi rasa sayang yang teramat pada Raka. Kekaguman pada
kegigihan Raka, ketekunan, ketabahan dan kecerdasan yang Raka miliki telah
membuat hatinya... membuat
rasa yang berbeda, Rasa sayang.
Raka...nama itu..kenapa slalu ada di
fikiranku, kenapa tiap hari aku memikirkan dia..ada rasa senang, sedih...aku
bingung dengan perasaanku padanya. Aku nggak tahu ini perasaan apa, apa aku
suka sama Raka..? Ah mungkin aku hanya kagum, gak lebih dari itu. Tapi kalau
hanya kagum kenapa aku selalu ingat dia, saat ketemu dengannya jantungku langsung
berdetak kenang, ada rasa kangen saat aku gak lihat dia beberapa hari, ada
keinginan untuk selalu dekat dengannya...hoh Tuhan apa ini...perasaan apa
ini...apa kah ini perasaan Ci...n.. ah nggak... nggak... gak
mungkin. Raka temanku hanya temanku, titik Just friend...OK!
" Hai Za...lagi ngapain...kok
geleng-geleng kepala sih..waaah konslet ya..apa murnya kendor??!!!"
" Aaaa Rara...apaaan sih...iiih
"
" Sorry-sorry...kenapa sih kok
bingung gitu..?cerita dong !"
" Aku lagi bingung
nih...Ra..kok ..."
" Appa...soal Raka..? kalo menurut
aku sih kamu lagi fall in love with Raka "
" Hah...kok langsung ngambil
kesimpulan gitu sih..aku kan belum selesai ngomongnya.."
" Yeeei...dari wajah dan mata Za
aja aku tuh dah tau kalo kamu lagi fall in love... za...kenapa sih
kamu kok slalu nyangkal sama perasaan kamu, slalu ingkari hati kamu... sekarang
coba Za tanya lagi dalam hati Za 'teman apa demen'? kalau Za masih bingung coba
Za pejamin mata Za ...siapa yang ada di situ, yang ada dalam benak Za..?"
Za
mulai memejamkan matanya…
" Ra..aku..aku...suka..."
" Hanya suka..??"
"Aku ..sa..yang.."
" Nah gitu dong gantle...itttu
baaaru nama za..!"
" tapi aku takut Ra...aku
takut..aku tahu aku bukan orang yang ia suka, aku bukan siapa-siapa, aku gak
cantik, aku ..banyak kekurangan, sedangkan dia...pinter, cakep...dan ini-itu...
Raka gak mungkin suka sama aku, aku takut Ra aku takut..."
" Za...gak semua yang ada di dunia
ini sempurna, Tuhan menciptakan kita dengan kelebihan dan kekurangan, setiap
orang pasti ada kelebihannya. walaupun Za merasa Za punya kekurangan tapi Za
nggak boleh merasa rendah, Tuhan memberi kelebihan agar dapat melengkapi dan
menutupi segala kekurangan yang ada. Za..lagian gak semua laki-laki seperti
yang Za pikir mencari kesempurnaan atau kecantikan saja, lagian Za juga
lumayan kok gak jelek-jelek amat, he he. Aku yakin Raka bukan orang yang
seperti itu, aku yakin Raka bisa lihat kamu dari sisi yang berbeda, Raka pasti
dapat menemukan sisi terindah kamu Za. Dan aku yakin kalau Raka juga suka sama
Za."
" Tapi...aku takut.."
" takut apa ..takut kecewa...?
Za..kalau kamu berani jatuh cinta kamu juga harus berani menderita karena
cinta. Za..mengakui atau mencintai seseorang itu gak salah, tapi kalau Za gak
mau, Za bisa mengubah cinta itu menjadi cinta pada sahabat. Za pilih yang mana,
kalau Za pilih cinta pada Raka sebagai seorang laki-laki, Za harus siap sakit,
kecewa, dan yang gak enak lainnya. Ya...walaupun tuk mengubah itu gak gampang,
tapi dua-duanya baik...menurutku"
" Aku ..pilih mencintainya"
" titik..apa masih ada
lagi..?"
" Titik"
" Nah gitu dong..., trus kapan
kamu mau bilang ke Raka.."
" Aku gak akan bilang.."
" Apa..???jadi buat apa dong?
"
" Ra...aku gak berani...aku
malu...masa cewek nembak cowok sih...gak etis ah.."
" Oooh ya udah ..kalo gitu.."
" tapi mau sampai kapan kamu
nunggu dia.."
" ga tau.."
******
Setahun pun telah berlalu, dan Za masih
pada perasaannya yang dulu, Za masih menunggu Raka, menunggu jawaban yang tak
pernah ia tanyakan langsung pada Raka, menunggu jawaban dari segala pertanyaan
hatinya. Kedekatannya dengan Raka ia rasakan begitu dalam bahkan teramat dalam.
Raka seolah merespon semua yang Za lakukan untuknya, Raka memberikan perhatian
yang lebih pada diri Za, memberikan segala sesuatu yang utama untuk Za.
Ya...Raka pun menyukai Za, menyayangi Za. Namun Raka tak mampu mengatakan pada
Za, bahwa ia menyayangi Za. Ia hanya berusaha memberi yang terbaik yang bisa ia
berikan untuk Za, sebelum ia pergi meninggalkannya, ke Bogor.
Kami tlah lulus dari smu, kira-kira
Raka kembali ke Bogor gak ya..trus kalau Raka kembali ke Bogor, gimana...aku
belum siap, belum siap. Ah kenapa ngo mong kayak gini, mudah-mudahan dia masih
akan tinggal di sini, udah ah aku mau berangkat les.
Za pun berangkat ke tempat les, matanya
berkeliling ke tiap sudut. mencari seorang yang di kasihinya, Biasanya
Raka sudah datang, bahkan slalu menyambut Za di gerbang.
Raka kemana ya..kok gak kelihatan...batin
Za
" Hai Za....."
hhh" Ra...eh Abid.."
" Eh Za, elo dah tau kan? Raka
udah pindah ke Bogor...sayang ya padahal dia kan andalan contekan gue..."
" Apppaa..Raka pindah...ke
Bogor.?"
" lho.. elo belum tau Za...?"
" A..aku...Ra..ka.." Wajah Za
mulai memerah, matanya pun mulai berkaca-kaca, ia pun segera berlari, berlari
dari tempat itu.
Raka...kenapa..kenapa Raka pergi?
Kenapa Raka nggak bilang ke aku kalau pergi ke Bogor kenapa Ka kenapa...??Aku
benci Raka ...aku benci...kenapa Raka pergi...kenapa.....??
Za pergi kerumah kontrakan Raka, dan
memang terkunci, tidak ada yang menjawab salam Za, dari dalam,
" Raka...salamu'alaikum"
" Wa'alaikum salam, mencari Raka
ya...Raka sudah pindah ke Bogor.." tetangga
raka menyahut
" Ke Bogor..kapan mba'?"
" Tiga hari yang lalu.."
Raka...
Za pun berlalu, berlari dengan rasa
sakit dalam hatinya.
(rara sedang berjalan dan melihat Za menangis)
" Ra..ra…."
" Lho...Za kamu kenapa..."
" Ra...Raka Ra...Raka...."
" Kenapa Raka..ada apa? Kenapa
kamu nangis? .Za tenang Za..tenang..!"
" Raka pergi..Raka pergi ke
Bogor..aku baru tahu tadi dari Abid, aku gak kuat nahan ini Ra...aku
sedih..hati aku sakit..."
" Za...."
Rara memeluk Za, yang menangis
sejadi-jadinya dan merasakan semua kesedihan za, merasakan air mata yang
mengalir ke pundaknya. Za menangis dalam pelukan Rara, sahabat
terbaiknya.
***
Sudah hampir setahun, setelah
kepergian Raka, Za seperti bukan dirinya yang dulu. Za berusaha menyibukkan
dirinya dengan hal-hal yang yang menyita semua tenaga dan fikirannya. Hanya
untuk melupakan Raka. Setiap kali ada kesempatan untuk mengingat Raka ia
berusaha menyibukan diri dan fikirannya. Hari-harinya ia buat sesibuk mungkin
tapi saat malam tiba, air mata selalu mengalir di pipinya, ia tak pernah bisa
melupakan Raka, tak pernah bisa untuk tak merindukannya,
Raka...kenapa...kenapa gak
bilang...kenapa gak pamit, setidaknya kalau Raka pamit aku gak akan seperti
ini.
Ka...izinkan Za tuk slalu sayang sama
Raka, tuk slalu rindu pada Raka. Za tahu Raka ga suka, gak sayang, gak kangen,
bahkan untuk pamit sekalipun sama Za gak. Raka...Za akan nunggu Raka..nunggu
Raka untuk hadir kembali dalam hidup Za, dan memberi jawaban dari semua
pertanyaan Za selama ini. Ka..kalau Za tahu perasaan Raka yang sebenarnya pada
Za, Za akan berhenti nunggu Raka. Penantian za akan berakhir saat itu, saat
Raka jawab semua pertanyaan Za. Ka..
***
" Za...gimana kabar Za sekarang?"
" Eh..Rara...baik kok..aku baik
dah semakin baik"
" Syukurlah. Za..."
" Aku ga apa-apa kok Ra, Ra
tahu.... aku akan nunggu Raka, sampai aku tahu jawaban dari semua pertanyaan
aku "
" Za..mau sampai kapan kamu nunggu
dia..aku gak bisa ngebiarin kamu kayak gini terus..belakangan kamu nangis,
menyibukkan diri kamu sampai kamu sakit, sekarang..kamu akan nunggu
dia..."
" Ra..aku mohon..dukung aku,
dukung aku tuk nunggu Raka, karena hanya kamu yang ngerti perasaan aku..aku
mohon Ra.."
" Za...aku akan dukung kamu,
selalu...dan aku yakin dalam waktu dekat ini Za akan dapatkan semua jawaban
dari semua pertanyaan Za selama ini"
" Ra...makasih...makasih karena
Rara slalu dukung aku...slalu ada saat aku sedih"
*****
" Hallo..."
" Bisa dengan Za..."
" Iya dari siapa.." Kenapa
suaranya mirip Raka
" dari Raka.."
Appa Raka...ya Tuhan Raka...aku..aku ga
percaya
" Raka...iya inni Zza.." tak
terasa air mata pun mengalir di pipi Za, rasa haru rasa sedih rasa rindu, rasa
bahagia kini selimuti dirinya.
" Za..apa kabar..."
" Raka...Raka jahat, kenapa Raka
pergi..kenapa Raka gak pamit ke aku. Raka jahat.." sambil menahan tangis,
Za mengatakan apa yang ada di pikirannya saat itu
" Maafin Raka...maaf karna Raka ga
pamit, bukan Raka ga mau pamit, tapi Raka ga sempat, Raka buru-buru"
" Kenapa yang lain tahu, tapi Za
gak tahu..."
" Za kamu kenapa? kamu nangis? Za
maaf.. yang tahu cuma Abid, karna dia tetangga Raka" Raka gak mau kamu
tahu Za, Raka ga sanggup tuk pamit sama kamu.
" Aku..aku senang Ka..aku senang
Raka telpon aku. Maaf..maaf.. aku ngomel-ngomel!"
.......
Malam itu malam yang benar-benar
membuat hati Za senang, tapi juga sedih. Saat orang yang dikasihinya menelpon
Za untuk yang pertama kali.
Sebulan atau dua bulan sekali Raka
menelpon Za. Tiap dering telpon Za selalu mengira itu dering telpon dari Raka.
Za sangat mengharapkan Raka. tapi sudah hampir empat bulan ini Za kembali
kehilangan kabar dari Raka. Di SMS pun tak ada balasan. Za kembali dalam
kesedihannya.
" Ra...aku kangen sama Raka, dia
kok gak telpon atau balas sms aku ya..?"
" ga da pulsa kali..."
" Ra..apa Raka mainin perasaan
aku..?"
" Lho kok ngomongnya begitu
sih..."
" Ra..aku benar-benar berharap
sama Raka, aku benar-benar senang saat Raka telpon aku, aku benar-benar sayang
sama Raka...tapi kenapa dia gak ngasih kabar lagi ke aku..aku sedih
Ra.."
" Za..dia akan ngasih kabar lagi
kok, mungkin dia ga sempat, atau lagi ga punya uang buat nelpon. Aku yakin dia
akan hubungin kamu lagi, jangan sedih ya...!"
" Iya..makasih ya Ra.."
Tanpa sepengetahuan Za, Rara mengirim
sms pada Raka
Ra..aku benar-benar berharap sama
Raka, aku benar-benar senang saat Raka telpon aku, aku benar-benar sayang sama
Raka... tapi kenapa dia gak ngasih kabar lagi ke aku...aku sedih Ra.. Raka
tahu siapa yang nulis sms ini ?, ini sms dari Za, Naiza. selama ini Za nunggu
Raka, Ia dengan setia nunggu Raka. Mau sampai kapan Raka ngebiarin ini semua?
Rara udah ga kuat lagi ngelihat Za kayak gini, dia sedih. Kenapa Raka datang
dengan ngasih dia harapan trus Raka pergi tanpa jejak, tanpa satu ucapan pun,
bahkan ucapan selamat tinggal sekalipun ?Rara mohon Raka telpon Za, kalau
memang ini yang terakhir, biarlah Za tau ini yang terakhir kalinya. Ra mohon
jangn biarin Za ngegantungin harapan, jangan ngasih harapan kosong untuk Za, Za
gak pantas dapat harapan kosong dari Raka atau dari siapa pun. Ra mohon
Ka...telpon Za!
Za..jadi selama ini za suka sama aku,
za sayang aku...Za.. (batin Raka)
Triiiing
" Hallo"
" Halo Za..."
" Raka.."
" Za, Raka pengen ketemu..."
" Raka dimana sekarang?"
" Di Bogor, kamu bisa khan?"
" Iya.."
" Besok Raka ke sana, kita ketemu
di tempat biasa, bisa khan?"
" Iya.."
" Za..."
........
Untuk yang kesekian kalinya, Za tidak
bisa memejamkan matanya, tak bisa tidur.
Raka...pengen ketemu..ada apa.....(batin
Za)
***
Selangkah demi selangkah Za mengayunkan
kakinya menuju tempat dimana seorang yang di kasihinya, yang di rindukannya
selama ini ada di tempat itu. Hatinya berdegup tak karuan, penuh tanda tanya,
pertanyaan-pertanyaan satu persatu hadir di benaknya. Kini Za ada di pintu
gerbang tempat mereka bertemu. Langkah Za terhenti dan mulai mengangkat
kepalanya yang sedari tadi tertunduk dan ia mulai menatap lurus ke depan. tak
pernah ia bayangkan akan bertemu kembali dengan Raka. Dipandangnya seorang yang
telah berdiri di hadapanya agak jauh, wajah Za mulai memerah dan matanya mulai
berkaca-kaca. Za menahan tangis.
Raka...
Za mulai melangkah setelah cukup lama
ia berdiri dan memandang sesosok lelaki yang ada di hadapannya.
" Za..apa kabar.."
" mmm..baik" Suara Za
bergetar menahan tangis
" Ke sana yuk duduk di sana"
Raka menunjuk satu tempat
Mata Za pun mengikuti arah telunjuk
Raka
"Iya.."
Raka dua langkah di depan Za, Za
sesekali mengusap pipinya yang basah oleh air mata. Za memandang pungung Raka,
tak percaya bahwa yang di depannya, yang di hadapannya adalah Raka, orang yang
selama ini ia rindukan, ia sayangi dan ia tunggu
" Za...mau baca sms ga?"
" hmm sms.??"
"Iya...Raka dapat sms
semalam...Raka kaget, Raka gak percaya...makanya Raka ingin tanya langsung,
benar apa nggak. Ini..."(Raka memberikan HP pada Za dengan memandang mata
Za, merekapun saling bertemu mata.
" Innni..., Rara..."
" Iya..jadi...benar??"
Za terdiam dan tak lama ia pun
menganguk
" Iya.."
" Maafin Raka, Raka gak tahu kalau
Za juga suka ama Raka, Raka nggak tahu, Za..maafin aku"
" Juga..??"
" Iya ..Raka juga suka Naiza,
sejak awal ketemu, Raka sudah suka, sempat saat itu Raka ingin ungkapkan
perasaan Raka, tapi Raka nggak sanggup, Raka nggak bisa. Za tahu khan siapa
Raka, bagaimana keluarga Raka, bagaimana keadaan Raka, bagaimana ayah Raka?
Za..saat Raka ingin ungkapin itu, Raka ingat keluarga Raka, adik-adik Raka.
Raka gak bisa untuk senang-senang tapi keluarga Raka kesusahan, susah. Keluarga
Raka susah, kurang mampu. Raka masih punya tanggung jawab sama keluarga Raka,
ayah Raka gak bisa di harapkan, ayah raka gak bertanggung jawab sama keluarga,
jadi Raka yang menggantikan tanggung jawabnya . Raka harus konsentrasi kerja
untuk biaya adik-adik Raka, keluarga Raka. Za..kalau saja keluarga Raka normal
kebutuhan sehari-hari terpenuhi, Raka ada di sini, mungkin keadaan nya akan
beda. Kita bisa menjalin hubungan itu, tapi keadaan Raka gak seperti itu. Raka
harus banting tulang untuk keluarga Raka, untuk adik-adik Raka. Setelah semua
terpenuhi baru Raka akan cari pasangan hidup Raka."
" Za tahu itu..tapi Za tetap
sayang Raka, Za akan nunggu Raka"
" Za...Makasih karena Za sayang
sama Raka, tapi Raka gak bisa. Raka gak tahu sampai kapan Raka harus begini.
Raka gak tahu kapan keadaan keluarga Raka normal kayak keluarga yang lain. Raka
gak mau mengikat Za, Raka gak akan bisa membahagiakan Za, gak akan bisa Za, gak
bisa kayak laki-laki lain, yang bisa menghubungi pacarnya, setiap saat, setiap
waktu. Za tahu khan suatu hubungan akan berjalan baik kalau komunikasi berjalan
baik juga. "
" Ka.."
" Za...Raka sayang, Raka suka sama
Za, Tapi Raka gak bisa. Raka gak bisa ngejalin hubungan itu. Za..Raka mohon
jangan tunggu Raka...Za bisa lebih bahagia dengan yang lain. Pasti ada yang
jauh lebih baik dari Raka, yang akan membahagiakan Za "
" Iya...pasti ada yang jauh lebih
baik dari Raka" kembali jawaban Za bergetar menahan tangis
" Za..maafin Raka. Za..kita
apa.."
" Kita...te..mman"
" Za gak marah khan?"
" Nggak Za nggak marah, Kalau itu
yang terbaik untuk Raka, mungkin itu juga yang terbaik buat aku"
" Za...untuk yang terakhir
kalinya, Raka...Raka sayang, sayang sama Za"
" Za Juga, Raka hati-hati ya!
Makasih..makasih " Makasih karna udah ngasih jawaban untuk aku, jawaban
yang selama ini aku tunggu, walaupun bukan ini yang aku inginkan. tapi makasih
Ka..makasih.
Za..maafin Raka...maaf... Raka sayang
Za..sangat
.............
*****
Ka....bila itu yang terbaik untuk Raka,
Za akan jadikan itu kenangan yang terindah dalam hidup Za. Tapi Za mohon...gak
semudah itu buat tinggalkan semua jejak hidup Raka, yang telah terukir dalam
hati Za sebagai kenangan yang terindah.
Ka...makasih...makasih
.
Za dapat semua jawaban dari pertanyaan
Za selama ini, dan seperti yang sudah Za bilang, saat jawaban itu Za dapat,
saat itu juga adalah akhir dari penantian Za pada Raka.
Za Tahu dengan pasti bahwa ia tak
mungkin dengan mudah melupakan Raka. Bahkan ia tak mampu untuk mengatur hatinya
untuk tak berharap pada Raka. Dalam Hati yang paling dalam masih tersimpan
setitik pengharapan pada Raka.
Fin
27
April 2006
Tidak ada komentar:
Posting Komentar