Sepenggal Kisah Untuk Aqila
Ini adalah sepenggal kisah nyata yang aku alami. Kisah yang begitu
teramat sangat mengiris hati ku
sepanjang perjalanan hidup ku. Pernikahan ku sudah berjalan 7 bulan, namun
belum juga di karuniai buah hati. Hati was-was dan cemas, takut kalau-kalau aku
tidak bisa memiliki keturunan. Tapi ternyata bulan ke-sembilan dinyatakan
positif hamil, bahagianya hati ini, tak teras air mata pun berlinang, buah hati
yang aku dan suami ku harapkan akan hadir ditengah-tengah kehidupan kami.
Hari demi hari, aku jalani dengan bahagia, dan perasaan yang…ahh
entahlah, aku rasa semua wanita yang sedang hamil pasti merasakannya, perasaan
bahagia akan menjadi seorang wanita yang sempurna dalam kehidupannya. ya,
seperti itulah tanggapan umum di masyarakat, bahwa sesempurna seorang wanita
adalah, menjadi seorang istri dan melahirkan sang buah hati dari pernikahannya.
Dan sekarang aku merasakannya.
Hari berganti minggu, minggu berganti bulan, usia kehamilan ku sudah
besar, sudah tinggal menunggu hari kelahiran. Hari yang kami tunggu-tunggu
selama sembilan bulan. Buah hati kami, yang kami cintai, buah hati kami yang
belum penah kami lihat, tapi begitu terasa dalam hati, cinta yang begitu sangat
pada buah hati kami. Subhanallah,
Tuhan yang Maha kasih memberikan cinta Nya dalam hati kami untuk seorang yang
belum pernah kami temui sebelumnya. Buah hati kami.
Alhamdulillahirobbil’alamiin…ku
ucapkan syukur pada Mu ya Rabb. Pagi
ini aku masih bisa merasakan segala nikmat darimu, dan kebahagian yang selalu
Engkau berikan untukku.
“Assalamu’alaikum sayang” sambil mengelus
perut ku yang sudah membesar karena hamil.
“ Bagaimana
kabarmu hari ini dedek sayaaang…, semoga Allah selalu memberikan kesehatan pada
mu nak…sebentar lagi kita akan bertemu sayang…ibu
tunggu kelahiranmu”
Saat ini aku
telah mengandung seorang bayi, yang InsyaAllah menurut perkiraan akan segera
lahir 2 minggu lagi. Hati ini teramat sangat bahagia dan tegang menunggu
hari-hari kelahirannya. Insya Allah bayi kecilku nanti perempuan, bahagianya
hati ini, walaupun awalnya yang aku harapkan adalah bayi laki-laki, tapi
laki-laki atau perempuan yang Allah beri untukku, amanah ini akan aku sayangi
dan ku rawat dengan seluruh kasih sayang yang akan ku berikan pada putriku
seumur hidupku.
Satu minggu mendekati hari kelahiran bayiku, tapi belum ada tanda-tanda
akan melahirkan, tidak ada mulas atau kontraksi seperti yang sering di katakan
oleh teman-temanku yang sudah pernah melahirkan. Aku pun periksa ke dokter
kandungan, dokter menyarankan untuk menunggu 1 minggu lagi, kalau ternyata
tidak ada mulas aku di minta untuk kontrol lagi.
Satu minggu sudah aku menanti, tapi tak juga terasa apa-apa, aku sudah
ikuti saran dari dokter untuk jalan tiap pagi sekitar setengah jam, jongkok,
dan masih banyak lagi yang dokter sarankan untukku. Rasa khawatir terasa begitu
amat sangat. Aku pun kontrol lagi, aku di USG,
dan dokter menyarankan padaku untuk di rawat dan melahirkn hari ini juga.
Setelah memutuskan untuk di rawat, dokter memeriksa denyut jangtung bayiku
dengan CTG, dan hasilnya memang
benar-benar aku harus segera melahirkan, karena jantung bayiku sudah lemah, akhirnya aku harus di induksi,
dirangsang agar terjadi pembukaan. Tindakan awal yang di lakukan dokter adalah
memasang balon cateter untuk merangsang
pembukaan. Sudah 12 jam aku menunggu tidak ada peningkatan, pembukaan hanya bertambah 1, dari pembukaan
dua jadi 3.
“Ya Rabb…tolong aku…”
Terus bertahan,
berharap dan bersabar, hanya itu yang bisa aku lakukan saat itu. Setelah 12 jam ternyata tidak berhasil, akhirnya
aku di berikan infusan dengan obat suntikan oxytosin
(perangsang) agar terjadi pembukaan. Sakit yang kurasa, beberapa kali terasa
mulas dan mulas, tapi pembukaan tidak kunjung maju. Hanya diam di tempat.
Setelah 3 jam menunggu dengan mulas yang begitu sangat, alhamdulillah pembukaan bertambah jadi pembukaan 5. Dokter selalu
meyakinkan aku kalau aku bisa melahirkan bayiku dengan normal, tidak cesar.
Air mata ini tanpa sadar mengalir,
bukan karena sakit yang kurasa tapi karena aku takut, takut kalau ternyata aku
tidak bisa bertemu dengan bayiku. “aku takut ya Rabb…aku takut kehilangan bayiku, aku ingin bersamanya seumur
hidupku, bersamanya merawat dan menyayanginya seumur hidupku. Aku mohon Ya
Allah, ku mohon pada Mu dengan segenap jiwa dan ragaku, aku ingin bersamanya ya
Rabb…ku mohon Pada Mu ya Rabb…”
Menjelang maghrib, pembukaan bertambah menjadi pembukaan 6, “ya Rabb, aku tahu Engkau mendengarkan ku,
aku tahu Engkau akan mengabulkan doaku, aku tahu Engkau tidak akan mengingkari
janjimu dalam Kitab Mu yang Suci, bahwa Engkau akan mengabulkan setiap doa yang
di panjatkan hamba Mu pada Mu ya Rabb….Ampuni
aku ya Rabb, jika aku memaksa, aku
bukanlah siapa-siapa, aku bukanlah hambamu yang taat, aku bukanlah hamba Mu
yang suci, aku penuh dosa Ya Rabb,
aku berlumuran dosa,…tapi ku mohon Ya Rabb…tolong
kabulkan permohonan hambamu yang kotor ini, ampuni aku ya Rabb jikalau aku memang tidak tahu diri, aku hanya meminta dan
meminta pada mu ya Rabb, tapi tidak
pernah menjadi hamba yang taat pada Mu. Astaghfirullah.”
Perlahan tapi pasti, mungkin pepatah itulah yang bisa menggambarkan
setiap pembukaan jalan lahir. Perlahan pembukan demi pembukaan terjadi sampai
pembukaan sepuluh, pembukaan lengkap yang Alhambdulillah
malam itu pukul 23.50 WIB, putri ku lahir dengan selamat dan sempurna. “Ya Rabb….Alhamdulillah, Alhamdulillah, Alhamdulillah, ya Allah…Terima kasih.
Terima kasih Engkau mengabulkan doaku, terima kasih ya Allah, perjuanganku,
suamiku, ibuku, kakakku, bidan dan dokter kandunganku 2 hari 2 malam ini Engkau
berikan hasil yang teramat sangat luar biasa ya Allah….terima kasih ya Allah”.
Air mata ini kembali mengalir, tapi bukan air mata kesedihan melainkan air mata
bahagia, kebahagiaan yang Allah beri untukku, ya Allah ya Rabb…Alhamdulillahirobbil’alamin…
Laaailahaillallaaah…lirih suara
azan berkumandang, suara suamiku, mengazani putri kecilku, ya Rabb…tak bisa berkata apa-apa, sakit
yang luar biasa pun jadi tak terasa sedikitpun. Setelah selesai di azani,
putriku di dekatkan padaku, ku kira akan dilakukan IMD (Inisiasi Menyusui
Dini), tapi ternyata kondisinya tidak memungkinkan, putriku terinfeksi air
ketuban ku yang berwarna hijau lumpur, maka ia langsung di bawa ke ruangan bayi
untuk segera di konsulkan pada dokter dan di tangani untuk diberikan terapi
pengobatan dengan anti biotik. Aku hanya mencium pipinya, yang masih merah dan mungil. Ya rabb…aku ingin sekali memeluknya,
mendekapnya, dan dan membiarkannya tidur dalam dekapan pelukan ku. Tapi aku harus menyerahkannya pada suster untuk
membawanya, karena aku khawatir dengan keadaannya.
“ Assalamu’alaikum sayang…ini ibu nak…selamat datang sayang…putri
kecil ibu”
Keesokannya…Saat yang ditunggu-tunggu pun akhirnya tiba juga, saat menyusui
putri kecilku, putri mungilku, buah hatiku, cinta kasihku…terasa gugup dan
gemetar saat mulai mengangkatnya dari box
bayi, aku mulai mendekapnya di pelukan ku, ku cium kening dan pipinya, dan ku dekatkan
di jantung ku, aku dekatkan dengan buah dadaku, aku mulai menyusuinya. Tak terasa
bulir bening kembali mengalir di pipiku, ya Rabb…aku
bahagia, Alhamdulillah…terimakasih ya
Rabb….ya Allaaaaahhhh…………
Belaianku di keningnya seperti terasa dan tersampaikan padanya bahwa aku
teramat sangat menyayanginya, matanya menatapku, berkedip dan menatapku lagi
seolah dia pun ingin mengatakan ‘aku juga sayaang ibu’. Sambil ku belai
wajahnya, aku perhatikan setiap detail wajahnya, begitu mungil, begitu cantik,
pipinya yang gembil, merah ranum, ya Rabb…Engkau jadikan indah setiap mahluk
ciptaan Mu. Perlahan puting susu ku di lepas olehnya, nafasnya agak tersengal-sengal,
seperti capek, kemudian dia sambut lagi, dan dilepas kembali. Ada apa
dengannya, apa dia tidak kuat karena ASI nya terlalu banyak ? Aku perhatikan
lagi wajahnya, kenapa bibirnya berwarna biru keunguan, apakah memang warnanya
seperti itu, mirip denganku, karena bibirku juga agak ungu. Ataukah karena efek
dari anti biotik, ataukah karena infeksi air ketuban makanya bibirnya berwarna
ungu? Tapi suster tidak bilang apa-apa padaku, mereka pasti bilang padaku kalau
memang putriku ada masalah lain.
Kelahiran putriku sudah dua hari, tidak ada yang aneh selain kekuatannya
saat menyusu padaku, masih sering tersengal-sengal, bibirnya berwarna ungu
kebiruan, dan masih ada stopper di lengannya untuk memasukkan anti biotik.
Buah hatiku tidak bisa pulang bersamaku, dia harus di rawat selama paling lama
5 hari perawatan karena infeksi air ketuban yang hijau lumpur. Dengan teganya
aku meninggalkannya di RS selama satu hari. Entah apa yang ada di pikiranku
waktu itu, kenapa bisa ada pikiran untuk meninggalkannya di sana..? Ya Allah
aku sangat menyesal, sungguh sangat menyesal. Hari kamis sore aku pulang tanpa
putri ku. Suster meyakinkanku putriku bisa pulang hari sabtu. “ putri kecil ibu,
maafkan ibu ya nak…karena harus pulang lebih dulu.”
Kamis malam. Hati dan pikiranku tidak tenang, apalagi saat suamiku
memecahkan celengan dari gerabah, firasatku tidak enak, air mataku menetes,
tapi tidak tahu kenapa, sangat sedih yang kurasa. Aku langsung menelpon ke RS,
aku menelpon temanku yang bekerja di RS tempat putriku di rawat, dia bilang
putri ku baik-baik saja, tadi sudah di jenguk. agak sedikit berkurang khawatir
yang kurasakan, tapi hati ini dan pikiran tetap tidak tenang. Setiap berapa jam
sekali aku telpon, menanyakan putriku..hanya untuk menanyakan keadaannya. Dan
untuk membuat hati ini tenang.
Hari sabtu yang di tunggu-tunggu olehku dan keluargaku, buah hatiku
pulang kerumah. Aku persiapkan segala keperluan dan perlengkapannya, seperti
tempat tidurnya sudah aku pasang, baju-bajunya sudah aku rapihkan, bak mandinya
sudah aku cuci, agar nanti bisa langsung siap dipakai. Segalanya telah aku
siapkan. Aku menunggu detik-detik waktu yang bejalan amat lambat. Suamiku dan
ibuku ke RS, untuk menjemput putriku, aku menunggu di rumah karena jahitanku
masih basah dan terasa sakit, aku di rumah bersiap untuk menyambutnya..
berkali-kali aku hubungi suamiku, kenap ia lama sekali, kenapa tidak
pulang-pulang. “ yah, gimana udah selesai belum, kok belum pulang?” Suami ku
hanya menjawab “ Dokternya belum Visite”.
Siang itu, “ya Allahhhh…..Ya Rabb…Kenapa
ya Allah….kenapa Ya Allah…kenapa…???”
Hatiku hancur,
dunia terasa mau runtuh, hatiku sakit, pedih, ya Rabb…buah hatiku tidak bisa pulang. Putri ku di diagnose ada
kelainan congenital, aku tidak
sanggup menghadapi itu semua hanya tangis dan air mata yang terus mengalir
tanpa henti. Aku harus menerima kenyataan, yang tidak pernah aku bayangkan
sebelumnya, dan tidak pernah aku ingin bayangkan, aku harus menerima kenyataan
kalau putri ku sakit jantung, dan untuk memastikan itu putriku harus di ECHO di
Rs Pusat Jantung Nasional di Jakarta. Tapi perjalanan kami tertunda, kami tidak bisa membawanya langsung ke sana, karena Sabtu
dan Minggu libur.
Aku berharap diagnosa sementara dokter salah, tidak benar, aku berharap
buah hatiku tidak sakit jantungnya. Setiap kali aku memeluknya dan mendekapnya
untuk minum ASI, air mataku selalu mengalir, aku harus menerima kenyataan pahit
ini. Aku tidak sanggup membayangkan hidup putriku, buah hatiku harus berbeda
dengan anak-anak lain, dia berbeda, dia dengan sakit yang dideritanya.” ya
Allah…kenapa ini menimpa pada putriku ? apakah aku sanggup menerima ujian dan
cobaan dari Mu ya Allah…? Aku tidak sanggup Ya Allah…tolong aku ya Allah…apa
yang harus aku lakukan..???aku tahu aku hamba Mu yang penuh dosa, aku tahu aku
bukan hambamu yang taat, tapi aku mohon pada Mu ya Rabb, jangan uji aku dengan ujian yang sangat berat ini ya Allah,
teramat berat dan menyakitkan ya Allah, sanggupkah aku ya Allah??? Kenapa Ya
Allah, apa yang Engkau inginkan dari ku, apa yang Engkau rencanakan untuku?
Kenapa harus putriku ya Allah…kenapa ya Allah? Kenapa????”
Hari itupun tiba, hari dimana putriku harus di ECHO, Ya Rabb…aku menunggu keajaiban, aku
menunggu hasilnya, ku mohon ya Allah, jangan biarkan putri kami sakit
jantung…ku mohon Ya Allah….
“ Bapak punya asuransi tidak? Punya jaminan kesehatan? Bapak PNS bukan?”
“Kenapa dokter bertanya seperti itu pada
suamiku? Ada apa? Apa hasilnya?
Ya Allah…inikah jalan takdirku, inikah jalan
hidupku? Inikah takdir dan ketentuan yang harus aku jalani dalam hidupku, apa
aku tidak bisa melewatinya, tanpa harus menjalaninya? Ya Allah, apa rencana Mu
di balik ini semua, apa rencana Mu dibalik kenyataan pahit ini? Ya Allah, kenapa
putriku,k enapa harus putriku, kenapa ia harus sakit, kenapa ia harus sakit
jantung bawaan ? Kenapa ya Allah…kenapa Engkau berikan cobaan yang sangat berat
ini padaku dan pada putriku ya Allah? Ia tidak berdosa Ya Allah…Ia suci ya
Allah, kenapa harus sakit seberat ini???”
Ya, putriku sakit jantung bawaan, pembuluh darah dari paru-paru ke
jantung mengalami penyempitan, jantungnya tidak punya sekat, jadi darah bersih
dan darah kotor bercampur di jantungnya. Kadar asam dalam darahnya rendah, ia
sempat kritis setelah di bawa ke RS.Pusat Jantung Nasional di Jakarta, ia di
berikan nafas buatan, sudah di coba dilakukan intubasi, tubuhnya seperti adonan roti di balik sana dibalik sini,
di miringkan ke kanan ke kiri. Saturasinya mencapai 20%, sangat rendah
dan sangat kritis. “Ya Allah, selalu dan setiap saat ku berdoa pada Mu agar
Engkau memberikan perlindungan kepadanya, memberikan mukjizat Mu pada putriku, selamatkanlah
putriku ya Allah yang Maha pemberi keselamatan, ya Allah yang Maha Pengasih, ya
Allah, yang Maha Menyembuhkan, kumohon sembuhkanlah putriku ya Allah. Berikan kekuatan padanya ya Allah…Aku mohon pada mu ya Rabb…”
**Ku bisikan doa hanya
untukmu
Sayangku,
Malam ini, saat tak ada
yang bisa
Kulakukan selain
terdiam di sampingmu
Memohon serpih-serpih
keberanian dari-Nya,
Agar mampu ku pandang
wajahmu,
Meminta
pancang-pancang kekuatan kepada_nya,
Karena peluk dan
belaiku
Rasanya tak cukup
untuk menguatkanmu…
Seandainya bisa untuk
sebuah kesempatan,
Agar bisa ku saksikan
fase dan episode kehidupanmu kelak.
Disetiap detik dan
hari yang ku miliki,
mensyukuri senyum yang
masih bisa ku nikmati
meski perih…
ku bisikan doa hanya
untuk mu,
sayangku,..
Berharap dia akan
menyelimuti kita berdua,
Dengan kelapangan jiwa
Untuk menerima adanya,
Senantiasa
Karena kita seutuhnya
adalah
milik –Nya…**
**(Puisi
dari sahabat : Wie)
Satu minggu sudah usianya, Alhamduliiah
ya Allah, Engkau masih memberinya umur panjang, Engkau telah memberinya
kekuatan untuk bertahan hidup. rencananya usia ke sepuluh Ia akan menjalani
operasi pertamanya (PDA) bt-shunt. Ya
Allah lancarkanlah operasinya. Selamatkanlah ia ya Allah. Resiko terburuk
mungkin saja terjadi, pendarahan hebat, yang akhirnya….aku tidak sanggup
mengatakannya.
Operasi pertamanya sudah selesai, masih ada 1atau 2 operasi lagi nanti..
ya Allah, satu minggu setelah operasi, kenapa justru kondisinya sering ngedrop,
ada apa sebenanarnya, bagaimana hasil operasinya, apa ada yang salah, ada apa,
?? Hari-hari di Rumah Sakit terasa amat
membuat hati sangat berputus asa, tapi selalu dan setiap saat suamiku, ayah
ibuku, saudaraku, teman-temanku kembali membangkitkan semangatku. Aku harus kuat
demi buah hatiku.
Operasi ke dua, tapi bukan operasi yang di rencanakan. Melainkan operasi
legasi PDA (pengikatan PDA) karena PDA yang di pasang ternyata tidak bisa
menutup dengan sendirinya (sejauh ini itu yang aku tangkap dari penjelasan
dokter bedahnya). Akhirnya, putriku harus di operasi ulang, untuk melegasi PDAnya.
Ya Allahhhh….kuatkanlah aku,suamiku, dan terutama putri kami ya Allah.
Alhamdulilah,
operasi legasi membuahkan hasil, kondisinya semakin membaik, saturasinya
stabil, kondisinya pun stabil, ventilator yang di pasang di mulutnya selama 22
hari pun mulai dilepas, ia mulai bernafas sendiri tanpa di bantu dengan alat.Y a
Allah…terimakasih….
ICU, 22 hari putriku di ruangan
ICU, Ya Allah, kini ia di ruang intermediate, aku sudah bisa menemaninya
setiap saat, tidak seperti saat ia ada di ruang ICU, aku hanya bisa melihatnya dan menemaninya 1,5 jam, yakni jam
17.00 s/d 18.30. hampir 24 jam aku dan
suamiku menunggu dengan harap-harap cemas,di lobi RS, sedangkan dia ada di ICU lantai 8. Aku dan suamiku menunggu dengan penuh harapan dan doa pada
Allah untuk kesembuhan putri kami.
Bersinar kau bagai
mentari,
Yang selalu beriku
penerangan
Kau lah Aqila, cinta
kasihku
Kau bagai matahari
yang selalu bersinar
Sinari hidupku dengan
kehangatanmu.
betapa kau sangat
berarti, dan bagiku kau takan pernah terganti.
Lagu ini, lagu Haddad alwi feat Farhan, aku ubah sedikit syairnya, untuk
menimang-nimang Aqila putri ku, maaf tanpa persetujuan. Syair ini mungkin dapat
menggambarkan betapa sayangnya aku pada putriku..dialah buah hatiku, cinta
kasihku, amanah Allah, karunia Allah, yang begitu sangat berharga dan berarti
dalam hidupku, yang selalu memberikan kehangatan dan kebahagiaan dalam hati dan
hidupku.
Berbagai hikmah telah aku dapatkan dari ujian dan cobaan yang telah Engkau
berikan untuk ku dan suami ku juga keluarga ku. Rezki yang Engkau berikan di
balik musibah ujian dan cobaan yang Engkau berikan pada ku, suamiku dan
keluargaku. Ya Allah, nikmat Mu, berupa amanah seorang putri kecil kami,
mengantarkan kami memperoleh rezki yang begitu berlimpah, Engkau berikan kepada
kami kesempatan untuk membangun rumah, dan yang lebih sangat luar biasa Engkau
berikan kesempatan kepada kami untuk mengunjungi Baitullah, Alhamdulillah,
insya Allah dengan izin Mu ya Allah,
kami akan penuhi panggilan Mu, ke Baitullah.
Ya Allah,,,,
Ketika ku mohon kepada Mu kekuatan,
Allah yang Maha Kuat memberiku
kesulitan agar aku menjadi kuat
Ketika aku memohon kepada Allah
kebijaksanaan,
Allah yang Maha Bijaksana
memberiku masalah untuk ku pecahkan
Ketika ku mohon kepada Allah
keberanian,
Allah yang Maha perkasa memberiku
kondisi bahaya untuk ku atasi
Ketika ku mohon kepada Allah
bantuan,
Allah yang Maha penolong memberiku
kesempatan
Aku tak pernah menerima apa yang
ku pinta,
Tapi aku menerima apa yang aku
butuhkan
Doaku terjawab sudah !
Alhamdulillah
Kutipan ini aku
baca dari sebuah buku ’DZIKIR DAN DOA’ yang pernah di berikan temanku ‘Yupz, Allah, tidak memberikan apa yang
aku minta, tapi Allah memberiku apa yang aku butuhkan.
La tahzan… sesungghnya Allah berlari
saat kita berjalan mendekati NYa.
La tahzan…sesungguhnya pertolongan Allah
sangatlah dekat,
La tahzan…, sesudah kesulitan ada
kemudahan
La tahzan…, Allah bersama orang-orang
yang sabar
La tahzan,… Allah bersama ku
Satu bulan, putri kecilku di rawat di RS Jantung Nasional di Jakarta.
Harap cemas selalu menyelimuti kami yang menunggu nya di lobi bawah, berharap
keajaiban, mukjizat, dan pertolongan Allah beserta putri kami tercinta. Saat
jam kunjung pasien, kami gubakan untuk menjenguknya di ICU, kami selalu
membacakan shalawat nabi, agar ia tahu bahwa kami selalu ada untuknya, agar ia
tahu, ia tak sendiri insyaallah, Allah dan Rasul dan para Malaikatnya
menjaganya selalu. Kami bertawasul kepada Rasul, dan berdoa kepada Sang Pemilik
Jiwa dan Raga, kepada Sang Khaliq, Dialah Allah.
Berulang kali hati terasa hancur lantah, kembali aku merasa sangat
terpuruk, sangat lemah, sangat berputus asa. Saat tak ada lagi air mata yang
jatuh di pipiku, saat itulah, aku menyadari betapa aku telah larut dalam
kesedihanku. Betapa air mataku telah kering. Semua yang aku impikan selama ini,
semua yang aku harapkan selama ini, tak lagi akan menjadi kenyataan.
Kenyataan begitu pahit yang ku rasakan, semua begitu menyakitkan, semua
begitu teramat menyesakkan dada. Saat aku hampir kehilangan separuh nyawaku,
separuh hidupku, separuh jiwaku, buah hatiku. Tuhan begitu teramat memberikan
peringatan, musibah, ujian, kepada ku. Tuhan begitu terramat ingin aku
merasakan bagaimana kehilangan, hampir kehilangan sesuatu yang belum pernah dan
belum sempat aku miliki. Tuhan begitu ingin memberikan peringatan berupa
musibah, berupa ujian, yang mungkin tak sanggup aku bayangkan.
Inilah jerit
hatiku, curahan hati untuk Mu Tuhan….
“ Tuhan, apakah
Engkau membenci ku ?
Tuhan, apakah
Engkau marah pada ku ?
Tuhan, apakah
Engkau justru mencintai ku, melebihi cintaku pada Mu ?
Tuhan, jawab
aku, berikan aku penjelasan, berikan aku jawaban dari semua pertanyaan ku pada
Mu, berikan aku jawaban dari semua peringatan, musibah, dan ujian yang Engkau
beri untuk Ku….
Kenapa Engkau
timpakan ini semua padaku ?
Kenapa Engkau
beri ujian seberat ini ?
Kenapa Engkau
tidak adil dengan takdir ku ?
Engkau pun tahu,
betapa aku menderita dalam perjalanan hidupku selama ini, Engkau pun tahu
betapa aku susah payah terus berjuang, dan terus berusaha bangkit dari
keterpurukan hatiku sepanjang perjalanan hidupku hingga saat ini, dan tak ada yang mengalami hal serupa
denganku.
Tak ada yang
tahu Tuhan, tak ada yang tahu betapa terguncangnya pikiran, hati dan jiwaku.
Tuhan, betapa
aku ingin berteriak marah, betapa aku ingin protes, betapa aku sangat lemah,
betapa imanku sangat lemah,
tapi Engkau
justru memberikan peringatan, musibah dan ujian seberat ini, untuk aku jalani
dan hadapi.kenapa Tuhan….kenapaaaaaaaaaaaaaaaaa!!!!!!!!!!!????????
Tuhan, ingin aku
memeluk Mu, ingin aku menangis dalam dekapan pelukan Mu, ingin aku jatuh dalam
peluk cinta Mu.
Tuhan Engkau
tentu tahu, betapa berat kehidupan yang aku jalani.
Tuhan, demi Zat
yang Maha Kuasa, demi Zat yang Maha Shabur, berikan aku kekuatan kesabaran.
Aku tahu,
betapapun aku meminta kepada Mu, engkau justru memberikan hal sebaliknya
untukku.
Apakah Engkau
tahu aku sanggup ?
Apakah aku
sanggup Tuhan ?
Aku minta pada
Mu kesabaran,
Engkau beri aku
cobaan,
Aku minta pada
Mu kekuatan,
Engkau beri aku
kesulitan untuk ku hadapi,
Aku minta pada
Mu kebijaksanaan,
Engkau beri
masalah untuk aku pecahkan.
Ya Tuhan, inikah
cara Mu menjawab doa ku ?
Inikah cara Mu,
mengabulkan doa ku ?
Ya Tuhan, inikah
cara MU, inikah cara ‘Tangan’ Mu menuliskan takdir MU untuk kku ????
Kenapa aku,
tidak bisa menerimanya ?
Kenapa akal
pikiran yang Engkau anugerahkan tidak mau mengerti bagaimana Engkau
bertindak,,???
Ya Tuhan, ajari
aku,
Ajarilah aku
Tuhan untuk dapat mengerti sign Mu,
Ajari aku untuk
dapat mengerti cara Mu yang indah menjawab dan mengabulkan doa ku,
Ajari aku untuk
tetap bersabar, menunggu keajaiban Tangan Mu yang bekerja dalam takdirku.
Ajari aku Tuhan,
untuk dapat memahami Engkau, Tuhan yang tidak ada mahluk yang menyerupai diri
Mu.
Ajari aku Tuhan,
Ajari aku untuk
memahami bahwa Engkau dekat, bahwa Engkau begitu sangat mencintaiku. Engkau
begitu sangat melindungi ku, Engkau begitu sangat percaya padaku, bahwa aku
sanggup menjalani gores takdir dalam kitab lauh
mahfuzh Mu.
Ya Tuhan yang Maha
Lapang, Lapangkanlah hati ini, hati yang hanya Engkau yang memiliki, hati yang
hanya engkau sanggup mengendalikannya, sesungguhnya aku adalah hamba Mu yang
lemah.
Ya Tuhan, yang
Maha membolak balikan hati, tetapkan lah hati ini untuk tetap mengikuti Dien Mu, tetapkan lah hatiku untuk tetap
memegang teguh tali agama Mu yang telah di bawa oleh Rasul Mu yang Engkau
pilih, oleh Rasul Mu yang Maksum, Agama
yang telah Engkau sempurnakan.
Ya Tuhanku,
jangan biarkan aku tersesat, sesat dalam kebuntuan hati dan pikiran ini.
Ya Tuhan ku,
jangan Engkau tinggal kan aku. Dan jangan biarkan aku pergi dan berlalu dari
Mu, walau satu, setengah, seperempat langkah pun dari Mu.
Ya Tuhan,
biarkan kegundahan hati ini, kepiluan takdir ini, terobati dengan harapanku,
pertemuan terindah dengan Mu dan Rasul Mu Muhammad SAW.
Ya Tuhan Yang Maha
Lembut, biarkan hati ini menjadi lembut menyikapi ujian yang ada di hidupku,
yang Engkau takdirkan untuk ku. Agar aku sanggup melihat betapa indahnya,
betapa mengagumkannya Engkau, dalam memintal, memilin, menyambungkan benang
merah kehidupan. “
** Oooh, Allah…
You are here and You’re always near.
And now, I know without a doubt
That You always and always hear my prayer
Oooh, Allah…
So many bright stars in the sky,
And how I can so be blind
To all the sign so clear.**
Please forgive me,,ooh Allah…
And I know You always in my side.
**(maher
Zain’s song)
“Aqila sayang, subhanallah, Allah kabulkan doa ibu
nak….Aqila sembuh sayang, aqila boleh pulang nak…boleh pulang ke rumah ibu
nak…”
Alhamdulillah, putriku sudah
diperbolehkan pulang, putriku sudah sembuh, walau harus tiap bulan kontrol
keadaannya ke RS jantung di Jakarta. Akhirnya aku bisa memeluknya dengan
leluasa, tanpa selang infus, tanpa alat-alat yang di pasang di tubuhnya, aku
bisa membawanya pulang ke rumah, seperti seorang ibu yang membawa pulang
bayinya dari rumah sakit setelah melahirkan. Walau berbeda, tapi bahagia
menyelimuti hati dan jiwa ini. Putriku Aqila, yang kami beri nama di Rumah
Sakit ’Aqila Auliani Kurnia’
Hari demi hari, hulan demi bulan
kami lalui, dengan buah hati kami, terlihat memang perbedaannya pertumbuhan dan
perkembangannya. Anak dengan kelainan jantung, tumbuh kembangya akan lebih
lambat disbanding dengan anak dalam kondisi kesehatan yang normal. Sampai usia
putri kami 6 bulan ia belum bisa tengkurap, sedangkan anak lainnya sudah bisa
tengkurap. Usia 8 bulan baru bisa tengkurap dan mengangkat kepalanya. Usia 9
bulan baru bisa duduk, itu pun kami dudukan. Pertambahan berat badannya juga
berbeda, tapi putriku jarang sakit, putriku gembil, tidak seperti anak dengan
kelainan jantung yang lain, yang kurus, putri ku masih dalam batas normal berat
badannya. Putri ku luar biasa, luar biasa kuat.
Setiap hari,
setiap jam, setiap menit, setiap detik, aku dan suamiku selalu berdoa untuk
kesembuhannya, kesembuahn putri kecil kami, Aqila. Setiap malam ayahnya selalu
bertahajud, memohon dan menangis kepada Allah,
untuk kesembuhannya. Sampai hari itu tiba, stelah ayahnya shalat tahajud, malam
itu…malam terakhir kami dengannya.
Aqila demam dari
sore hari, sudah aku bersi penurun panas, aku pantau dia sampai tengah
malam,panasnya turun. Dini hari sekitar pukul 02.30 wib, ia merintih dan
badannya bergetar,badannya tidak panas. Entah apa yang terjadi, ya Allah…..
Aqila sayang…wallahi, ibu sangat meyayangimu. Aqila tahu sayang?
Aqila…begitu
banyak harapan-harapan ibu untuk mu nak,,,,ibu terus berharap dan berdo smoga
Allah memberikan sentuhan keajaiban Tangan Nya untuk membuat mu sehat, untuk
membuatmu bahagia, sentuhan tangann Nya yang mampu membuat semua fungsi organ
tubuhnya sempurna tanpa harus melakukan pembedahan atau open heart.
Aqila sayang…kau lah inspirasi ibu, kau lah kekuatan ibu, kau lah
semangat ibu, yang telah Allah anugerahkan untuk ibu. Aqila, ibu ingin kamu
mengerti, betapapun ibu pernah marah, ketahuilah bahwa ibu tak penah marah pada
mu, ketahuilah ibu ingin yang terbaik untuk mu.
Aqila, hari itu tanpa ibu ketahui, tapi
semua mahluk yang ada di dunia ini mengetahui, bahwa itu adalah hari terakhir
mu di pelukan ibu, hari terakhir kita bersama, hari terakhir ibu melihat senyum
mu.
Maafkan ibu yang
begitu bodoh dan lalai menjaga mu nak, maafkan ibu tidak bisa membuatmu nyaman
bersama ibu.
Kepergianmu
begitu cepat, hanya sekejap mata terasa. Ibu begitu teramat sangat sdih, ibu
kehilanganmu kehilangan anugerah, kehilangan seorang putri yang teramat sangat
cantik, yang teramat sangat ibu sayang.Ibu tidak ingin menerima kenyataan pahit
ini.
“Ya Allah…..
Ingin mencurahkan perasaan hatiku dan menumpahkan segala emosi yang menyesakkan
dadaku selama ini. Engkau begitu sangat
………entah apa yang harus aku katakan,ujiankah ataukah azab Mu ???
Ya RAbb,
sesungguhnya aku begitu lemah, aku takut kehilangan arah, aku takut tersesat,
aku takut lemah larut dalam duka dan kesedihan yang tiada berujung.
Ya Rabb,
aku ingin ikhlas dengan segala yang Engkau takdirkan untukku, sungguh aku ingin
menjadi hamba Mu yang Engkau cintai, sebagaimana Engkau mencintai hamba Mu yang
soleh dan bertakwa.
Sungguh aku merasa jauh dari
ketakwaan, sungguh aku merasa takut tidak mampu mencapai derajat itu,
Ya Rabb,
ujian ataukah musibah yang menimpaku,????begitu berat ku rasakan
Ya Rabb,,,,
inna lillahi wa inna ilaihi roji’un.
Aku kembalikan kepada Mu, karena hanya
kepada Engkaulah segala berpulang,
Begitu juga dengan putri tercinta ku,
putri ku yang paling aku cintai, putriku yang hebat, putri ku yang kuat, putri
ku yang luar biasa, yang Engkau anugerahkan kepada ku dan suamiku.
Putri ku yang telah Engkau ambil kembali dari peluk dan dekapku.
Ya Rabb,
aku hanya bisa berpasrah atas ujian atau
mungkin musibah yang Engkau takdirkan untukku, aku tak tahu harus bagaimana
lagi, aku begitu ingin menangis dan menjerit sekencang yang aku sanggup.
ya Rabb,
suamiku terkasih, tercinta, tersayang,
berkata padaku, bahwa aku harus mengisi lembar ujian dari Mu, bukan merobek
atau malah meninggalkan lembar ujian dari Mu, lalu
apa yang harus aku isi di lembar ujian Mu ya Allah? Jawaban apa yang
harus aku goreskan di lembar ujian mu yang begitu dahsyat yang yang begitu luar
biasa kurasakan dalam hidupku, dalam perjalananku seumur hidupku???????
Ya rabb,
Engkau tahu betapa payahnya diri dan
hati ini, Engkau pun tahu betapa lemahnya aku, ya Allah…
Berharap pancang-pancang kekuatan
engkau tegakkan dan kokohkan untuk ku dan suami ku.
Ya Allah, ya Rabb….aku berpasrah pada Mu, aku serahkan kembali pada Mu, tiada
daya dan upaya dan pertolongan selain daya dan pertolongan dari Mu.
Ya Rabb,.
Terasa sangat lemah kurasakan hati
ini.
Aku lelah, tapi berikan aku kekuatan
menjalani takdirmu dan garis takdir Mu.
Beri aku kekuatan dan kesabaran,
jadikanlah sabar dan solat sebagai penolongku, pertolongan dari Mu.
Aku ingin menangis di dekap Mu, aku
ingin menangis di pangkuan Mu, ya Allah….
Ya Allaaaaahhhh……………………
Ya Allah, ku mohon pada Mu, ya Allah
yang Maha kuasa, perkenankanlah dan sampaikanlah permohonan maafku pada putriku
tercinta, pada putri ku yang hebat, pada putri ku yang luar biasa, karena aku
tidak sanggup, tidak mampu dan lalai menjaganya.
Aku terlena dengan kesehatan yang
Engkau beri untuknya, aku lengah, tolong sampaikan permohonan maafku padanya ya
Allah, sampaikanlah betapa aku sangat menyayangi putri ku tercinta, aku
menyayanginya ya Allah….
Aku sangat mencintainya..
Aku sangat merindukannya, aku
merindukan gelak tawanya, aku merindukan tangisannya, aku merindukan
kemanjaannya, aku merindukan pelukannya, dan aku merindukan mendekap dan
membelainya…..
Aku ibumu yang selalu menyayangimu,
aku ibu mu hanya bisa berdoa pada Allah, agar Allah membukakan pintu maafmu
untuk ibu nak.
Selamanya, ibu merasa bersalah pada
mu..
selamanya ibu menyayangi mu…”
Ya Allah….berikanlah aku kekuatan dan
kesabaran, menjalani takdir yang telah Engkau goreskan dalam kitab lauh mahfuz
Mu.
**Ajari aku ya Allah,
Ya Allah, ajarilah aku untuk terus tersenyum
Saat dunia tak lagi tersenyum padaku,
Ya Allah, ajari aku untuk terus bertahan,
Saat aral melintang di depan mata,
Ajari aku ya Allah,
Ya Allah, ajari aku untuk tetap terus bersyukur pada Mu
Saat semua yang Kau beri, Engkau ambil kembali,
Karena semua adalah milik Mu,
Semua akan kembali pada Mu,
Ajari aku Ya Allah,
Ajari aku untuk tetap bersabar,
Bahkan ketika kematian ada di depan mata,
Tuhan ajari lah aku,
Jangan tinggalkan aku, bahkan ketika aku
Melangkah, satu langkah meninggalkan Mu.**
**(NN
kata mutiara)
Sepenggal kisah untuk Aqila,mengenang kisah cinta untuk buah hati kami, yang telah
mendahului kami menemui Sang Khaliq, Sang Pemilik segala Alam beserta isinya.
Inspirasi, dan motivator kehidupan
kami, Allah tahu yang terbaik untuk kami, dan khususnya Aqila, buah hati kami
yang sangat kami cintai. Wallahi, demi
Zat Yang Maha Agung, demi Zat Pemilik Cinta terbesar. Ayah dan Ibu sayang dedek, sayang Aqila. Tapi Allah lebih sayang dedek.
Ibu Rindu, rindu serindu-rindunya,
hanya bisa berdoa pada Allah, agar Ia menyatukan kita nanti di Surga Nya.
Semoga kisah ini, dapat
memberikan motivasi, bagi kita yang di berikan ujian oleh Tuhan, bahwa Tuhan
tidak pernah memberikan ujian, di luar batas kemampuan kita. Tuhan tidak pernah
tidak mengabulkan doa kita, Tuhan selalu mendengar doa kita, Tuhan memberikan
apa yang kita butuhkan, bukan apa yang kita minta, Tuhan tahu yang terbaik
untuk kita, Ia Maha Tahu atas segala nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar